Kamis, 13 November 2014

Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan Serta Urbanisasi



1.  Pengertian Masyarakat Pedesaan

Yang dimaksud desa menurut Sutardjo Kartohadikusuma mengemukakan sebagai berikut:
“ desa adalah suatu kesatuan hukum di mana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan sendiri.”

Menurut Bintarto desa merupakan perwujudan atau kesatuan geografi, social, ekonomi, politik dan kultural yang terdapat di situ (suatu daerah) dalam hubungannya dan pengaruhnya secara timbal-balik dengan daerah lain.
Sedangkan menurut Paul h. Landis, desa adalah penduduknya kurang dari 2.500 jiwa.

Ø  Ciri-ciri masyarakat pedesaan adalah sebagai berikut:
·         Memiliki hubungan yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya di luar batas-batas wilayahnya.
·         System kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan (gemeinschaft atau paguyuban)
·         Sebagian besar warga masyarakat hidup dari pertanian. Pekerjaan-pekerjaan yang bukan pertanian merupakan pekerjaan sambilan (part time)
·         Masyarakat tersebut homogen, seperti dalam hal mata pencaharian, agama, adat-istiadat dan sebagainya.
·         Masyarakat pedesaan identic dengan istilah ‘gotong-royong’ yang merupakan kerja sama untuk mencapai kepentingan-kepentingan mereka. Kerja bakti itu ada dua macam:
o   Kerja sama untuk pekerjaan-pekerjaan yang timbulnya dari inisiatif warga masyarakat itu sendiri (biasanya di istilahkan dari bawah).
o   Kerja sama untuk pekerjaan-pekerjaan yang timbulnya tidak dari inisiatif warga itu sendiriberasal dari luar (biasanya berasal dari atas).

Ø  Beberapa gejala-gejala social yang sering diistilahkan dengan:
·         Konflik (pertengkaran)
·         Kontraversi (pertentangan)
·         Kompetisi (persiapan)
·         Kegiatan pada masyarakat pedesaan

Ø  UNSUR-UNSUR DESA
·         Daerah, dalam arti tanah-tanah yang produktif dan yang tidak, beserta penggunaanya.
·         Penduduk, adalah hal yang meliputi jumlah pertambahan, kepadatan, persebaran dan mata pencaharian penduduk desa setempat.
·         Tata kehidupan, dalam hal ini pola pergaulan dan ikatan-ikatan pergaulan warga desa.
Ketiga unsur tersebut merupakan satu kesatuan dan tidak berdiri sendiri.

Ø  FUNGSI DESA
·         Pertama, dalam hubungan dengan kota, maka desa yang merupakan “hinterland” atau daerah dukung yang berfungsi sebagai suatu daerah pemberian bahan makanan pokok.
·         Kedua, desa ditinjau dari sudut potensi ekonomi berfungsi sebagai lumbung bahan mentah (raw material) dan tenaga kerja (man power) yang tidak kecil artinya.
·         Ketiga, dari segi kegiatan kerja (occupation) desa dapat merupakan desa agraris, desa manufaktur, desa industry, desa nelayan dan sebagainya.

Dari uraian tersebut maka secara singkat ciri-ciri masyarakat pedesaan di Indonesia dapat disimpulkan sebagai berikut:
1)      Homogenitas social
Bahwa masyarakat desa terdiri dari satu atau beberapa kekerabatan saja, sehingga pola hidup tingkah laku maupun kebudayaan sama/homogen.Hubungan primer
Pada masyarakat desa hubungan kekeluargaan dilakukan secara musyawarah.
2)      Kontrol sosial yang ketat
Setiap anggota masyarakat saling mengetahui masalah yang dihadapi anggota lain bahkan ikut menyelesaikannya.
3)      Gotong royong
Nilai-nilai gotong royong pada masyarakat pedesaan tumbuh dengan subur dan membudaya.
4)      Ikatan sosial
Setiap anggota masyarakat pedesaan diikat dengan nilai-nilai adat dan kebudayaan secara ketat.
5)      Magis religius
Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa bagi masyarakat desa sangat mendalam.
6)      Pola kehidupan
Masyarakat desa bermata pencaharian di bidang agraris, baik  pertanian, perkebunan, perikanan, dan peternakan.

2.  Masyarakat Perkotaan

Masyarakat perkotaan sering disebut juga urban community. Pengertian masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat-sifat kehidupannya serta ciri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan  masyarakat pedesaan. Ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat kota, yaitu :
·       Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa.
·       Orang-orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang-orang lain.
·       Pembagian kerja di antara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata.
·       Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota daripada warga desa.
·       Jalan pikiran rasional yang pada umumnya dianut masyarakat perkotaan.
·       Jalan kehidupan yang cepat dikota-kota, mengakibatka pentingnya factor waktu bagi warga kota.
·       Perubahan-perubahan social tampak dengan nyata di kota-kota, sebab kota-kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh-pengaruh dari luar.

Perkembangan kota merupakan manifestasi dari pola-pola kehidupan bersosial, ekonomi, kebudayaan dan juga politik. Namun secara umum dapat dikenal bahwa suatu lingkungan perkotaan sepantasnya mengandung 5 unsur yang meliputi:
·      Wisma : unsur wisma merupakan bagian dari ruang kota yang dipergunakan untuk tempat berlindung terhadap alam dan sekelilingnya, serta untuk melangsungkan kegiatan-kegiatan  social dalam keluarga.
·      Karya : terdapat syarat yang utama bagi eksitensi dari suatu kota, karena unsur karya merupakan jaminan bagi kehidupan bermasyarakat.
·      Marga : unsur marga merupakan ruang dari perkotaan yang berfungsi sebagai penyelengara hubungan antara suatu tempat dengan tempat yang lainnya didalam kota.
·      Suka : pengertian ini merupakan bagian dari ruang perkotaan untuk memenuhi kebutuhan  penduduk  akan fasilitas hiburan dan sebagainya.
·      Penyempurna : unsur penyempurna ini  merupakan bagian terpenting bagi suatu kota.
Namun kota juga mempunyai peranan dan fungsi eksternal, yaitu seberapa jauh fungsi dan peranan kota dalam wilayah pokok yang mencakup  beberapa daerah.

Selain itu masyarakat kota memiliki fungsi sebagai berikut:
a)      Sebagai pusat produksi
b)      Sebagai tempat perdagangan
c)      Sebagai pusat pemerintahan
d)      Sebagai pusat kebudayaan
e)      Sebagai pusat kesehatan.

3.  Perbedaan Desa dan Kota, serta Aspek Positif dan Negatif

Ø  Ada beberapa ciri-ciri yang membedakan antara desa dan kota :
·         Jumlah dan kepadatan penduduk;
·         Lingkungan hidup;
·         Mata pencaharian;
·         Corak kehidupan sosial;
·         Statifikasi sosial;
·         Mobilitas sosial;
·         Pola interaksi sosial;
·         Solidaritas sosial; dan
·         Kedudukan dalam hirarki sistem administrasi nasional.

Kota dan desa merupakan tempat suatu kesatuan penduduk. Kota dan desa memilikiperbedaan yang sangat significant. Yang membuat kota berbeda dengan desa menurut sayaadalah karena perbedaan pola fikir dan sudut pandang yang dianut penduduknya itusendiri. Dari penjelasan diatas kita dapat menyimpulkan dan menjelaskan beberapa perbedaan antara kota dan desa diantaranya:

·         Nilai sosial pada penduduk
Nilai social antar penduduk kota dan desa merupakan salah satu hal yang paling terlihat perbedaanya. Bisa kita lihat jika didesa para penduduk berlomba-lomba untuk bergotong royong dalam membantu tetangga sekitar dan juga biasanya penduduk desamenghabiskan waktu senggang mereka untuk melakukan kegiatan bersama tetanggalainnya sedangkan di kota, mereka berlomba-lomba memasang pagar yang tinggi agarterlihat hebat.

·         Tingkat pendapatan
Jelas saja terlihat jika penduduk kota dan desa memiliki perbedaan dalam hal tingkat.Biasanya penduduk didesa mendapatkan penghasilan dari bertani ataupun berternak sedangkan di kota biasanya penduduk menjadi karyawan ataupun berdagang. Hasi daribertani biasanya digunakan penduduk desa untuk konsumsi sehari-hari dansebagiannya lagi untuk dijual. Berbeda halnya dengan di kota yang kebutuhan sehari-harinya biasanya di dapat di warung ataupun pasar swalayan.

·         Kemajuan teknologi
Kota biasanya lebih cepat dalam hal kemajuan teknologi. Jika dulu hanya orang-orangkota saja yang biasanya menggunakan telephone genggam sekarang seluruh lapisanmasyarakat dapat menggunakan telephone genggam. Mengapa penduduk di kota lebihmaju dalam bidang teknologi? Hal ini dikarenakan penduduk kota lebih berpikiranterbuka dalam bidang teknologi. Biasanya penduduk desa akan berfikir dua kali untuk menggunakan barang teknologi karena jika barang tersebut tidak memiliki manfaat biasanya penduduk desa lebih memilih tidak menggunakan teknologi tersebut.

·         Nilai budaya
Nilai budaya penduduk desa lebih kental dibandingkan nilai budaya pada penduduk kota. Hal ini dikarenakan penduduk desa yang belum tergeser budayanya denganbudaya asing berbeda dengan nilai budaya penduduk kota yang sudah bercampurdengan budaya asing karena budaya asing dengan mudahnya dapat masuk ke dalamkehidupan penduduk kota yang memiliki pemikiran terbuka dan modern. Jika di desamasih ada tradisi untuk berkumpul bersama sanak saudara lainnya ketika panen danmengadakan kegiatan dalam bentuk seni berbeda dengan penduduk kota yang lebihmemilih untuk berkumpul di warung kopi dan menghabiskan waktu disana.

·         Jumlah penduduk
Angka urbanisasi (perpindahan penduduk dari desa ke kota) biasanya setiap tahunmeningkat. Hal ini dikarenakan setiap tahun biasanya orang yang mudik pastimembawa saudaranya yang lain ikut kerja di kota untuk merubah nasib denganharapan dapat membiayai saudara-saudara di desa. Hal ini pulalah yang menyebabkanperbedaan jumlah penduduk yang sangat significant. Kota-kota besar penuh denganorang-orang desa yang melakukan urbanisasi dengan harapan dapat merubah hidup.Sedangkan didesa yang tinggal hanya petani-petani yang memiliki lading untuk di olah.Jadi jika kehidupan di kota yang memiliki banyak penduduk ramai berbeda dengandidesa yang ramai jika sanak saudara yang lain pulang mudik.

Ø  Interaksi Masyarakat Pedasaan dan Perkotaan
Interaksi kota dan desa atau Interaksi wilayah (Spatial Interaction) adalah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antara dua wilayah atau lebih, yang dapat melahirkan gejala, kenampakkan dan permasalahan baru, secara langsung maupun tidak langsunghubungan timbal balik yang saling mempengaruhi sehingga terjadi perpindahan barang, gagasan/informasi, inovasi, manusia dan energi

v Dampak positif
·         Pengetahuan penduduk desa meningkat
·         Banyak guru dari kota menjadi penggerak pembangunan desa
·         Transportasi desa-kota semakin lancar menyebabkan komuniklasi dan pergerakan barang semakin lancar
·         Tekhnologi tepat guna dibidang pertanian, peternakan dapat meningkatkan produktifitas desa
·         Masuknya para ahli berbagai disiplin ilmu kedesa

v Dampak negative
·         Modernisasi kota dapat mengubah cara hidup pemuda desa
·         Pengaruh televisi dan film kekerasan dan berbahaya bagi budaya masryarakat desa
·         Perluasaan kota dapat menyebabkan alih fungsi lahan di desa
·         Masuknya kehidupan kota yang kurang sesuai budaya desa dapat mengubah tata pergaulan dan budaya desa
·         Meningkatnya pengangguran, tunawisma, tuna susila di kota\

4.  Urbanisasi di Indonesia

Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi adalah masalah yang cukup serius bagi kita semua. Persebaran penduduk yang tidak merata antara desa dengan kota akan menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan. Jumlah peningkatan penduduk kota yang signifikan tanpa didukung dan diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum, aparat penegak hukum, perumahan, penyediaan pangan, dan lain sebagainya tentu adalah suatu masalah yang harus segera dicarikan jalan keluarnya.

Ø  Faktor Penarik Terjadinya Urbanisasi
o   Kehidupan kota yang lebih modern
o   Sarana dan prasarana kota lebih lengkap
o   Banyak lapangan pekerjaan di kota
o   Pendidikan sekolah dan perguruan tinggi lebih baik dan berkualitas

Ø  Faktor Pendorong Terjadinya Urbanisasi
o   Lahan pertanian semakin sempit
o   Merasa tidak cocok dengan budaya tempat asalnya
o   Menganggur karena tidak banyak lapangan pekerjaan di desa
o   Terbatasnya sarana dan prasarana di desa
o   Diusir dari desa asal
o   Memiliki impian kuat menjadi orang kaya

Ø  Akibat Urbanisasi
Urbanisasi selain berakibat terhadap daerah tujuan yaitu kota juga berakibat terhadap daerah asal yaitu desa. Secara ringkas akibat urbanisasi adalah sebagai berikut :
·         Berkurangnya tenaga kerja di desa
·         Terbentuknya daerah suburban
·         Terbentuknya daerah kumuh(slump)
·         Meningkatnya tunakarya (gelandangan)

Ø  Usaha-Usaha Penaggulangan Urbanisasi

Melihat akibat sosial yang di timbulkan urbanisasi sangat kompleks, maka untuk menaggulangi urbanisasi tidak bisa dilakukan secara sektoral, tetapi harus lintas sektor  yang memerlukan perencanaan yang matang dalam waktu yang panjang. Cara menanggulangi urbanisasi adalah dengan cara sebagai berikut :

1.      Lokal jangka pendek

Lokal jangka pendek di bagi lagi menjadi 5 cara yaitu :

§  Perbaikan perekonomian pedesaan
§  Pembersihan pemukiman kumuh
§  Perbaikan pemukiman kumuh
§  Memperluas lapangan kerja
§  Membuka dam melaksanakan proyek perkotaan

2.      Lokal jangka panjang
Salah satu cara untuk menanggulangi urbanisasi yang besar adalah dengan membuat master plan(rencana induk) kota yaitu suatu rumusan tindakan-tindakan yand dapat menjaga agar sejumlah faktor-faktor yang ada di di kota seperti pembangunan perumahan,lapangan kerja,taman kota,tempat rekreasi dan lain sebagainya dapat tumbuh secara bersamaan dan imbang. Master plan ini berjangka waktu yang panjang, dan setiap 5 atau 10 tahun sekali harus di revisi supaya menyesuaikan dengan keadaan.

3.      Nasional jangka pendek
Selain cara di atas (local / sektoral) ada pula cara lain yaitu dengan cara nasional.Pemerintah dapat membuat peraturan perundang-undangan mengenail masalah migrasi.

4.      Nasional jangka panjang
Di samping nasional jangka pendek, dapat juga dipakai pendekatan penanganan jangka panjang yang meliputi:
·         Pemencaran pembangunan kota dengan membangun kota-kota baru.
·         Membangun daerah dengan memusatkan perhatian pada pengembangan kota-kota sedang dan kecil sebagai pusat pengembangan (growth centries) wilayah yang terutama bercorak pedesaan. Contoh : di bangunnya  Kota Satelit Bumi Serpong Damai (BSD) di Jakarta.
·         Mengendalikan industri di kota-kota besar, di samping mengendalikan urbanisasi, juga dapat mengendalikan pencemaran.

Daftar Pustaka
Haryono, Tri Joko S., Dampak Urbanisasi terhadap Masyarakat di Daerah Asal, (Artikel, Th XII, No 4, Oktober 1999, 67-78)
Efendi Wahyono,dkk. 2007. Ilmu Sosial Dasar. Universitas terbuka : Jakarta.
http://maliqren.wordpress.com/2010/11/19/masyarakat-perkotaan/

http://zmughnii.blogspot.com/2012/06/perbedaan-masyarakat-kota-dan.html

Kamis, 06 November 2014

INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT






1.   Pengertian Individu, Keluarga dan Masyarakat

a)      Pengertian Individu

Individu berasal dari kata latin, “individuum” yang artinya tak terbagi. Kata individu merupakan sebutan yang dapat untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Kata individu bukan berarti manusia sebagai keseluruhan yang tak dapat dibagi melainkan sebagai kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan, demikian pendapat Dr. A. Lysen.

Individu menurut konsep Sosiologis berarti manusia yang hidup berdiri sendiri. Individu sebagai mahkluk ciptaan Tuhan di dalam dirinya selalu dilengkapi oleh kelengkapan hidup yang meliputi raga, rasa, rasio, dan rukun.

1.      Raga, merupakan bentuk jasad manusia yang khas yang dapat membedakan antara individu yang satu dengan yang lain, sekalipun dengan hakikat yang sama
2.      Rasa, merupakan perasaan manusia yang dapat menangkap objek gerakan dari benda-benda isi alam semesta atau perasaan yang menyangkut dengan keindahan
3.      Rasio atau akal pikiran, merupakan kelengkapan manusia untuk mengembangkan diri, mengatasi segala sesuatu yang diperlukan dalam diri tiap manusia dan merupakan alat untuk mencerna apa yang diterima oleh panca indera.
4.      Rukun atau pergaulan hidup, merupakan bentuk sosialisasi dengan manusia dan hidup berdampingan satu sama lain secara harmonis, damai dan saling melengkapi. Rukun inilah yang dapat membantu manusia untuk membentuk suatu kelompok social yang sering disebut masyarakat

b)      Pengertian Keluarga

Ada beberapa pandangan atau anggapan mengenai keluarga. Menurut Sigmund Freud keluarga itu terbentuk karena adanya perkawinan pria dan wanita. Lain halnya Adler berpendapat bahwa mahligai keluarga itu dibangun berdasarkan pda hasrat atau nafsu berkuasa.

Durkheim berpendapat bahwa keluarga adalah lembaga sosial sebagai hasil faktor-faktor politik , ekonomi dan keluarga.

Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh pendidikan berpendapat bahwa keluarga adalah kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh satu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki, esensial, enak dan berkehendak bersama-sama memperteguh gabungan itub untuk memuliakan masing-masing anggotanya.

c)      Pengertian Masyarakat

Masyarakat merupakan salah satu satuan sosial sistem sosial, atau kesatuan hidup manusia. Istilah inggrisnya adalah society , sedangkan masyarakat itu sendiri berasal dari bahasa Arab Syakara yang berarti ikut serta atau partisipasi, kata Arab masyarakat berarti saling bergaul yang istilah ilmiahnya berinteraksi.

Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, adat istiadat yang sama-sama ditaati dalam lingkungannya. Ada beberapa pengertian masyarakat :

·         Menurut Selo Sumarjan (1974) masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan.
·         Menurut Koentjaraningrat (1994) masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas yang sama.
·         Menurut Ralph Linton (1968) masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang hidup dan bekerja sama dalam waktu yang relatif lama dan mampu membuat keteraturan dalam kehidupan bersama dan mereka menganggap sebagai satu kesatuan sosial.
·         Menurut Karl Marx, masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.
·         Menurut Emile Durkheim, masyarakat merupakan suau kenyataan objektif pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.
·         Menurut Paul B. Horton & C. Hunt, masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut.

Tatanan kehidupan, norma-norma yang mereka miliki itulah yang dapat menjadi dasar kehidupan sosial dalam lingkungan mereka, sehingga dapat membentuk suatu kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri kehidupan yang khas.

2.   Fungsi Keluarga

Menurut BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) bahwa fungsi keluarga dibagi menjadi 8. Fungsi keluarga yang dikemukakan oleh BKKBN ini senada dengan fungsi keluarga menurut Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1994, yaitu :

1)      Fungsi Keagamaan, yaitu dengan memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan bahwa ada kekuatan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini.

2)      Fungsi Sosial Budaya, Dilakukan dengan membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak, meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.

3)      Fungsi Cinta Kasih, Diberikan dalam bentuk memberikan kasih sayang dan rasa aman, serta memberikan perhatian diantara anggota keluarga.

4)      Fungsi Melindungi, Bertujuan untuk melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik, sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.

5)      Fungsi Reproduksi, Merupakan fungsi yang bertujuan untuk meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan anak, memelihara dan merawat anggota keluarga

6)      Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan, Merupakan fungsi dalam keluarga yang dilakukan dengan cara mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya, menyekolahkan anak. Sosialisasi dalam keluarga juga dilakukan untuk mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik

7)      Fungsi ekonomi, Adalah serangkaian dari fungsi lain yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah keluarga. Fungsi ini dilakukan dengan cara mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, dan menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa datang.

8)      Fungsi Pembinaan Lingkungan, Fungsi ini dilakukan dengan cara menjaga kelestarian lingkungan hidup, menciptakan lingkungan hidup yang bersih, sehat, aman penuh keindahan.

3.   Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Individu

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan individu dapat yang berasal dari dalam dirinya (internal),  ada pula yang berasal dari luar dirinya (eksternal). Faktor internal adalah segala sifat atau kecakapan yang dikuasai individu dalam perkembangannya yang berasal dari keturunan (hereditas), sedangkan faktor eksternal adalah segala difat atau kecakapan yang dikuasai individu dalam perkembangannya yang diperoleh dari lingkungan. Di antara kedua faktor tersebut, ada pula sifat atau kecakapan yang dikuasai individu dalam perkembangannya yang berasal dari interaksi antara faktor hereditas dengan faktor lingkungan.

1)      Faktor Hereditas

Faktor hereditas dapat dikatakan sebagai faktor internal dan disebut juga sebagai faktor keturunan atau pembawaan, yaitu segala ciri, sifat atau kemampuan yang dimiliki individu sejak kelahirannya dan diterima sebagai turunan atau warisan dari orang tuanya. Hereditas atau pembawaan ini dapat debedakan menjasi dua kategori, yaitu:

a)      Pembawaan fisik
Pembawaan fisik seperti bentuk hidung, warna kulit, bentuk rambut, mata, telinga, dan sebagainya merupakan pembawaan yang bersifat menetap (permanent state). Sifat atau ciri pembawaan fisik ini secara alami tidak dapat dapat dirubah atau bersifat menetap. Kalaupun ada perubahan fisik yang dapat dibentuk melalui olah raga sehingga badan menjadi kekar, tegap dan sebagainya, maka hal demikian ini tidak dapat dianggap sebagai perubahan fisik dalam arti yang sebenarnya karena perubahan yang terjadi tidak menghilangkan sifat-sifat aslinya. Adapun perubahan karena operasi, kecelakaan, dan sebagainya tidak termasuk tidak termasuk dalam pembahasan ini karena sifatnya yang tidak alamiah.

b)      Pembawaan Psikis
Pembawaan psikis (kejiwaan) merupakan pembawaan individu yang bisa berubah (temporary state). Termasuk dalam pembawaan psikis ini antara lain intelegensi (kecerdasan), bakat, sifat periang, pemberani, penakut, dan sebagainya. Sifat-sifat tersebut merupakan faktor pembawaan yang kemungkinan besar dapat berubah melalui interaksi dengan lingkungannya.

Kemampuan psikis yang sering dipandang sebagai faktor pembawaan yang bersifat menetap adalah intelegensi dan bakat. Intelegensi merupakan kemampuan atau kecerdasan yang bersifat umum sedangkan bakat merupakan kemampuan yang bersifat khusus. Kemampuan bersifat khusus yang dipandang sebgai bakat misalnya bakat dalam bidang olah raga, seni, bahasa, ekonomi, teknik, dan sebagainya (Sukmadinata, 2009: 46). Pada dasarnya semua pembawaan psikis itu dapat berubah. Sebagaimana setiap individu terlahir dengan potensi baik dan buruk, maka setiap individu juga dilahirkan dengan sejumlah potensi yang  melalui interaksi dengan lingkungan, hanya saja signifikansi perubahan itu sangat tergantung pada besar atau kecilnya potensi atau pembawaan yang dimiliki oleh individu.

2)      Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu. Pertumbuhan dan perkembangan individu bukanlah semata-mata terjadi sebagai proses internal pada dirinya. Pertumbuhan dan perkembangan tersebut justru sebagian besar terjadi karena interaksi dengan lingkungan. Lingkungan yang dimaksudkan di sini adalah segala faktor yang terlibat serta berpengaruh dalam pertumbuhan dan perkembangan individu. Lingkungan sebagaimana dimaksud mungkin saja ada di sekitar individu, mungkin juga barada jauh dari ndividu, berada pada saat ini, pada masa yang telah lama berlalu, lingkungan yang efektif maupun lingkungan yang tidak efektif. Lingkungan tersebut dapat berupa lingkungan alam atau geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, keamanan, keamanan dansebagainya. Berikut ini dikemukakan gambaran singkat tentang bagaimana faktor-faktor lingkungan tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

a)      Faktor Alam atau Geografis
Ligkungan alam atau geografis di mana individu tinggal akan berpengaruh terhadap terhadap perkembangan dan perilaku individu. Seseorang yang lahir dan dibesarkan di daerah pegunungan akan memiliki sifat-sifat dan kecakapan untuk mengatasi tantangan di daerah tersebut. Kondisi alam daerah pertanian yang relatif sunyi, jauh dari kebisingan akan membentuk individu-individu memiliki kebiasaan berbicara pelan dan memiliki berbagai keterampilan yangberkaitan dengan bidang pertanian. Berbeda dengan individu-individu yang terlahir dan besar di daerah pegunungan, mereka yang terlahir dan dibesarkan didaerah pantai yang selalu bising dengan suara ombak, biasanya mereka memiliki kebiasaan bicara keras dan memiliki keterampilan yang banyak berkaitan dengan bidang kelautan. Demikian pula mereka yang tumbuh dan berkembang di daerah berslju, daerah gurun, daerah tandus dan sebagainya, maka mereka akan tumbuh dan berkembang, memiliki kebiasaan, ketahanan tubuh, serta keterampilan hidup yang diperlukan atau sesuai dengan tantangan alam dan kondisi geografis di lingkungan mereka masing-masing.

b)      Faktor Sosial
Sesuai dengan kodratnya, manusia adalah makhluk sosial di mana ia tidak akan dapat hidup sendirian tanpa membutuhkan atau berhubungan dengan orang lain. Faktor-faktor yang menyangkut hubungan seorang manusia dengan manusia lainnya inilah yang disebut dengan lingkungan sosial. Hubungan yang terjadi dapat berbentuk hubungan antara individu dengan individu, hubungan antara individu dengan kelompok, atau hubungan atntara kelompok dengan kelompok. Hubungan juga dapat berlangsung dalam berbagai situasi, seperti situasi kekeluargaan, situasi kedinasan, situasi belajar, dan sebagainya. Situasi sosial di mana individu berada tentu akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya. Individu yang tumbuh dan berkembang di lingkungan sosial yang diwarnai gotong royong dan kebersamaan akan memiliki karakteristik yang berbeda dari individu yang tumbuh di lingkungan yang diwarnai dengan kompetisi atau persaingan.

Termasuk dalam lingkungan sosial ini adalah lingkungan keluarga yang merupakan unsur pertama dan utama serta paling berpengaruh terhadap perkembangan individu. Dalam lingkungan keluarga inilah, individu pertama-tama mendapatkan pendidikan, bimbingan, asuhan, pembiasaan dan latihan. Keluarga bukan hanya menjadi tempat di mana individu dilahirkan, dipelihara, dan dibesarkan, melainkan juga menjadi tempat individu hidup dan dididik untuk pertama kalinya. Apa yang diperoleh individu dalam kehidupan keluarga akan menjadi dasar bagi perkembangan individu pada kehidupan-kehidupan selanjutnya. Keluarga merupakan masyarakat kecil sebagai prototipe masyarakat luas. Semua aspek sosial kemasyarakatan ada dalam lingkungan keluarga, seperti politik, ekonomi, keamanan, kesehatan, agama, budaya, dan aspek pendidikan.

c)      Faktor Budaya
Lingkungan budaya merupakan lingkungan yang berkenaan dengan segala hasil kreasi manusia, baik hasil kreasi yang konkrit maupun yang abstrak, berupa benda, ilmu pengetahuan, teknologi, aturan-aturan, lembaga-lembaga, adat kebiasaan, dan lain-lain. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan membudaya. Mereka bukan saja meenerima, turut melestarikan, menikmati, dan memanfaatkan hasil-hasil kebudayaan, tetapi juga menciptakan kebudayaan. Dalam proses berbudaya dan membudaya inilah individu berkembang dan berperilaku. Dibandingkan dengan makhluk lain, manusia terlahir dengan beberapa kelebihan di antaranya adalah kemampuan berpikir, berinteraksi, berkreasi, dan bermoral. Kelebihan-kelebihan yang dimiliki manusia itulah yang melatarbelakanginya untuk selalu berkembang jauh lebih tinggi melampaui makhluk-makhluk yang lain.

Tingginya tingkat peradaban manusia ditandai oleh kemajuan kebudayaan yang dapat mereka capai. Perkembangan kebudayaan dapat menjadi tolok ukur dari kemajuan peradabannya. Keberadaan manusia tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan, manusia yang menciptakan, melestarikan, dan membesarkan kebudayaan di manapun mereka berada. Manusia dibesarkan dalam kebudayaan sekaligus membesarkan kebudayaan di mana mereka berada. Kegiatan individu bukan saja memanifestasikan ciri-ciri dan sifat-sifat pribadi dari individu tersebut melainkan juga memanifestasikan kebudayaan lingkungannya.

d)      Faktor Politik dan keamanan
Lingkungan politik dan keamanan merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan individu. Keduanya mempunyai pengaruh yang tidak kalah besarnya dibandingkan dengan lingkungan yang lain terhadap perkembangan individu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Jerman, anak-anak dan remaja serta yang masih dalam kandungan ketika terjadi perang dunia sebagian besar menderita stress dan kegugupan. Sebagian besar atau mungkin juga seluruh anak-anak dan pemuda Palestina memiliki rasa benci terhadap Israel. Kedua contoh tersebut menunjukkan pengaruh lngkungan keamanan maupun politik terhadap perkembangan dan pribadi individu (Sukmadinata, 2009:51).

e)       Faktor Agama
Bagi orang-orang yang taat beragama, lingkungan keagamaan memiliki pengaruh yang paling kuat dibandingkan dengan lingkungan yang lain. Hal demikian karena kepatuhan terhadap ketentuan agama bukan hanya dilatarbelakangi oleh kebiasaan, peniruan, penyamaan diri, rasa senang, dan rasa bangga sebagaimana yang terjadi pada lingkungan sosial maupun budaya, melainkan karena adanya keharusan dan rasa tanggung jawab terhadap kewajiban-kewajiban agama. Oleh karena itu pemahaman terhadap perilaku dan perkembangan individu perlu dilengkapi dengan pemahaman terhadap kehidupan dan lingkungan keagamaan dari individu yang bersangkutan. Cara-cara beribadat dengan berbagai macam ritual keagamaan serta berbagai bentuk manifestasi keyakinan dan kepercayaan akan memberi warna terhadap kepribadian dan perilaku individu penganutnya.

Faktor-faktor lingkungan atau faktor-faktor eksternal yang dpat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu tentu sangat luas sekali. Apa yang telah digambarkan sebagaimana tersebut di atas tentu belumlah mencakup kesemuanya. Sekalipun demikian, hal tersebut cukuplah untuk memberi gambaran bahwa pertumbuhan dan perkembangan individu selain dipengaruhi oleh faktor-faktor internal juga sangat ditentukan oleh faktor-faktor eksternal (lingkungan). Keduanya, baik faktor internal (hereditas) maupun faktor eksternal (lingkungan) sama-sama memiliki peran dan pengaruh dalam menentukan pertumbuhan dan perkembangan individu.

4.   Hubungan Individu,Keluarga dan Masyarakat

A.     Makna Individu
Kita sebagai manusia disebut juga dengan makhluk individu karena kita sebagai manusia tidak bisa dibagi-bagi anatara jiwa dan raga kita, jadi seluruh jiwa dan raga kita menyatu menjadi satu-kesatuan. Dan menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), makna individu ialah pribadi yang hidup berdiri sendiri.

B.     Makna keluarga
Keluarga adalah suatu kelompok yang penting dalam setiap individu didalam kehidupan bermasyarakat. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), keluarga ialah seisi rumah yang terdiri dari ibu, bapak beserta anak-anaknya.

C.     Makna masyarakat
Makna masyarakat dalam kamus besar bahasa Indonesia ialah sejumlah manusia terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama.

Jadi, hubungannya antara individu, keluarga dan masyarakat ialah seorang/sejumlah manusia yang jiwa dan raga tidak dapat dibagi-bagi dan terikat oleh suatu kebudayaan adat istiadat yang sama dalam berkehidupan sosialisasi bermasyarakat. Manusia sebagai makhluk individu dalam arti tidak dapat di pisahkan antara jiwa dan raganya, dalam proses perkembangannya perlu keterpaduan antara perkembangan jasmani maupun rohaninya. Sebagai makhluk sosial seorang individu tidak dapat berdiri sendiri, saling membutuhkan antara yang satu dengan yang lainnya, dan saling mengadakan hubungan sosial di tengah–tengah masyarakat.

Keluarga dengan berbagai fungsi yang dijalankan adalah sebagai wahana dimana seorang individu mengalami proses sosialisasi yang pertama kali, sangat penting artinya dalam mengarahkan terbentuknya individu menjadi seorang yang berpribadi. Sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan masyarakat, keluarga mempunyai korelasi fungsional dengan masyarakat tertentu, oleh karena itu dalam proses pengembangan individu menjadi seorang yang berpribadi hendaknya diarahkan sesuai dengan struktur masyarakat yang ada, sehingga seorang individu  menjadi seorang yang dewasa dalam arti mampu mengendalikan diri dan melakukan hubungan – hubungan sosial di dalam masyarakat yang cukup majemuk.

Masyarakat adalah kelompok manusia yang saling berinteraksi yang memiliki prasarana untuk kegiatan tersebut dan adanya saling keterikatan untuk mencapai tujuan bersama. Masyarakat adalah tempat kita bisa melihat dengan jelas proyeksi individu sebagai bagian keluarga, keluarga sebagai tempat terprosesnya, dan masyarakat adalah tempat kita melihat hasil dari proyeksi tersebut.
Individu yang berada dalam masyarakat tertentu berarti ia berada pada suatu konteks budaya tertentu. Pada tahap inilah arti keunikan individu itu menjadi jelas dan bermakna, artinya akan dengan mudah dirumuskan gejala – gejalanya. Karena di sini akan terlibat individu sebagai perwujudan dirinya sendiri dan merupakan makhluk sosial sebagai perwujudan anggota kelompok  atau anggota masyarakat.

Aspek individu, keluarga, masyarakat adalah aspek-aspek sosial yang tidak bisa dipisahkan. Yakni, tidak akan pernah ada keluarga dan masyarakat apabila tidak ada individu. Sementara di pihak lain untuk mengembangkan eksistensinya sebagai manusia, maka individu membutuhkan keluarga dan masyarakat, yaitu media di mana individu dapat mengekspresikan aspek sosialnya serta menumbuhkembangkan perilakunya. Karena tak dapat dipungkiri bahwa perilaku sosial suatu individu tersebut bergantung dari keluarga dan masyarakat disekitarnya. Keluarga sebagai lingkungan pertama seorang individu memiliki peran paling besar dalam pembentukan sikap suatu individu, sedang masyarakat merupakan media sosialisasi seorang individu dalam menyampaikan ekspresinya secara lebih luas. Sehingga dapat menjadi suatu tolak ukur apakah sikapnya benar atau salah dalam suatu masyarakat tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarwan,2011. Perkembangan Peserta Didik, Bandung: ALFABETA.
Hurlock, Elizabeth B.,1991. Child Development. New York: Mc Graw Hill Book Company.
Reber, Arthur S., 1988. The Penguin Dictionary of Psychology. Ringwood Victoria: Penguin Books Australia Ltd.
Sukmadinata,2009. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Syah, Muhibbin,2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. 
Tirtarahardja, Umar dan. S.L. La Sulo,2008. “Pengantar Pendidikan”. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.