1. Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk adalah
keseimbangan dinamis antara kekuatan yang menambah dan kekuatan-kekuatan yang
mengurangi jumlah penduduk. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
penduduk, yakni kelahiran, kematian, dan migrasi. Kelahiran dan kematian
disebut faktor alami, sedangkan migrasi disebut faktor nonalami. Kelahiran
bersifat menambah, sedangkan kematian bersifat me ngurangi jumlah penduduk.
Migrasi yang bersifat menambah disebut migrasi masuk (imigrasi), sedangkan
migrasi yang bersifat mengurangi disebut migrasi keluar (emigrasi).
Tingkat pertumbuhan
penduduk di negara kita masih termasuk tinggi, yakni sekitar 1,98% per tahun.
Untuk menurunkan tingkat pertumbuhan yang tinggi ini, pemerintah Indonesia
melaksanakan program Keluarga Berencana. Dengan program Keluarga Berencana ini
pada tahun 2000 pertumbuhan penduduk telah menurun menjadi ± 1,6 persen.
Struktur penduduk Indonesia memberat pada penduduk usia muda, hal ini sebagai
akibat dari masih tingginya tingkat kelahiran. Persentase penduduk 0 - 14 tahun
pada tahun 1980 mencapai 40,3 persen dan pada tahun 1985 sedikit turun menjadi
39,2 persen. Penduduk usia muda ini pada tahun 2000 diperkirakan turun lagi
menjadi 37,7 persen dan 34,2 persen.
a)
Jumlah
penduduk sangat banyak, yaitu nomor empat di dunia setelah Cina, India, dan
Amerika Serikat.
b)
Pertumbuhan
penduduk yang cepat menyebabkan tingginya angka pengangguran.
c)
Persebaran
penduduk tidak merata. Penduduk Indonesia tahun 2004 sejumlah 206.246.595 jiwa,
64% di antaranya tinggal di Pulau Jawa.
d)
Komposisi
penduduk kurang menguntungkan karena banyaknya penduduk usia muda yang belum
produktif sehingga beban ketergantungan tinggi.
e)
Arus
urbanisasi tinggi, sebab kota lebih banyak menyediakan lapangan kerja.
f)
Menurunnya
kualitas dan tingkat kesejahteraan penduduk. Demikian pula permasalahan
lingkungan hidup sangat luas, misalnya merosotnya kuantitas dan kualitas sumber
alam, tercemarnya lingkungan fisik, dan timbulnya dampak negatif pembangunan
terhadap lingkungan sosial.
Menurut Kuswanto dan Bintarto
beberapa usaha untuk mengatasi permasalahan akibat ledakan penduduk antara lain
sebagai berikut:
a)
Perencanaan,
pengaturan, dan pembatasan kelahiran (dengan KB) untuk menekan jumlah penduduk.
b)
Menyelenggarakan
pendidikan kependudukan dan lingkungan hidup yang baik melalui sekolah,
kursus-kursus, dan perkumpulan lainnya untuk menampung tenaga kerja.
c)
Meratakan
persebaran penduduk dengan mengadakan transmigrasi dan melaksanakan pembangunan
desa untuk membendung arus urbanisasi dan terkonsentrasinya penduduk di suatu
daerah.
d)
Memperluas
kesempatan kerja, meningkatkan fasilitas pendidikan, kesehatan, transportasi,
komunikasi, dan perumahan.
Dengan
meningkatnya taraf hidup masyarakat maka diharapkan hilangnya kepercayaan
banyak anak banyak rejeki. Di samping itu pula diharapkan akan meningkatkan
tingkat pendidikan yang akan merubah pola pikir dalam bidang kependudukan.
e)
Perluasan
industrialisasi, baik ringan maupun berat.
f)
Perencanaan
penggunaan tanah untuk pertanian, pembangunan, dan permukiman dengan tetap
memperhatikan kelestariannya supaya tidak merugikan kehidupan manusia di
sekitarnya.
g)
Intensifikasi
dan ekstensifikasi pertanian agar produksi pangan dan produksi hasil pertanian
lainnya meningkat.
h)
Pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang bersahabat dengan lingkungan untuk
meningkatkan mutu kehidupan manusia.
i)
Meningkatkan
kesadaran dan pendidikan kependudukan
Dengan
semakin sadar akan dampak dan efek dari laju pertumbuhan yang tidak terkontrol,
maka diharapkan masyarakat umum secara sukarela turut mensukseskan gerakan
keluarga berencana.
2. Kebudayaan Yang Mempengaruhi Kepribadiaan Seseorang
Budaya
adalah sekumpulan tingkah laku yang turun temurun yang mempengaruh tingkah laku
individu. Budaya merupakan sebuah tingkah laku kolektif dalam masyarakat, yang
dominan mempengaruhi dan membentuk sebuah tingkah laku yang sesuai dengan
komunitas yang ada dalam budaya tersebut.
Beberapa
orang ahli mencoba meneliti pengaruh budaya terhadap kepribadian, dengan
melibatkan budaya sebagai unsur dasar yang penting dipertimbangkan. Setiap
orang tumbuh dan berkembang ditengah-tengah suatu budaya. Dan budaya pasti
merupakan bagian dari apa yang artinya menjadi seorang pribadi – tidak ada
orang yang lepas dari pengaruh budaya. Oleh karena itu, menggabungkan budaya
kedalam teori kepribadian dan riset kepribadaian merupakan suatu yang sangat
masuk akal.
Ketika
G. Allport (1954) mempelajari prasangka, ia melihat bahwa menempatkan prasangka
sepenuhnya kedalam kepribadian individu merupakan sebuah kekeliruan.
Kondisi-kondisi sosial budaya mana yang mendukung prasangka? Allport mengajukan
gabungan antara faktor-faktor sosial, ekonomi, historis, dan komunikasi sebagai
faktor-faktor yang melengkapi dinamika kepribadian yang bersifat internal.
Sebagai contoh, prasangka cenderung lebih banyak terjadi pada masa perubahan
sosial, ketika terdapat persaingan ekonomi (misalnya untuk memperoleh
pekerjaan), bila pemerintah menghukum pencemaran nama baik, mencari kambing
hitam, ketika tradisi masyarakat mendukung permusuhan, dan ketika masyarakat
memiliki sikap yang tidak menguntungkan terjadinya asimilasi dan pluralism.
Dalam abad ini, kondisi semacam ini
terjadi ketika Perang Dunia I menghilagkan pembagian sosial ekonomi dan
geografis dari abad sebelumnya, dan kemudian ketika zaman depresi (1929)
menghasilkan penderitaan dan kekacauan di seluruh dunia. Memang, kekuatan dan
popularitas fasisme berkembang pada tahun 1930-an, khususnya dinegara-negara
yang tidak memiliki sejarah yang panjang dalam demokrasi dan kebebasan.
Ini
menunjukkan bahwa, terkadang sebuah perilaku sangat dipengaruhi oleh budaya
karena adanya situasi yang mendukung, seperti ketimpangan ekonomi, persaingan,
kesempatan, dan situasi lain yang tidak terkontrol. Yang menjadi pertanyaan
adalah, apakah karena pengaruh budaya yang terlalu kuat ini yang mengakibatkan
seseorang selalu berpikir stereotip, dan menganggap orang lain yang berasal
dari budaya yang berbeda lebih rendah dari budayanya sendiri.
Dalam menelaah pengaruh
kebudayaan terhadap kepribadian, sebaiknya dibatasi pada bagian kebudayaan yang
secara langsung mempengaruhi kepribadian:
·
Berikut
tipe-tipe kebudayaan khusus yang nyata mempengaruhi bentuk kepribadian yakni:
a.
Kebudayaan-kebudayaan
khusus atas dasar factor kedaerahan. Di sini dijumpai kepribadian yang saling
berbeda antara individu-individu yang merupakan anggota suatu masyarakat
tertentu, karena masing-masing tinggal di daerah yang tidak sama dan dengan
kebudayaan-kebudayaan khusus yang tidak sama pula. Contoh adat-istiadat melamar
mempelai di Minangkabau berbeda dengan adat-istiadat melamar mempelai di
Lampung.
b.
Cara
hidup di kota dan di desa yang berbeda (urban dan rural ways of life). Contoh
perbedaan antara anak yang dibesarkan di kota dengan seorang anak yang
dibesarkan di desa. Anak kota terlihat lebih berani untuk menonjolkan diri di
antara teman-temannya dan sikapnya lebih terbuka untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan sosial dan kebudayaan tertentu. Sedangkan seorang anak yang
dibesarkan di desa lebih mempunyai sikap percaya diri sendiri dan lebih banyak
mempunyai sikap menilai (sense of value).
c.
Kebudayaan
khusus kelas sosial. Di dalam setiap masyarakat akan dijumpai lapisan sosial
karena setiap masyarakat mempunyai sikap menghargai yang tertentu pula.
d.
Kebudayaan
khusus atas asar agama. Agama juga mempunyai pengaruh besar di dalam membentuk
kepribadian seorang individu. Bahkan adanya berbagai madzhab di dalam satu
agama pun melahirkan kepribadian yang berbeda-beda pula di kalangan umatnya.
e.
Kebudayaan
berdasarkan profesi. Pekerjaan atau keahlian juga memberi pengaruh besar pada
kepribadian seseorang. Kepribadian seorang dokter, misalnya, berbeda dengan
kepribadian seorang pengacara, dan itu semua berpengaruh pada suasana
kekeluargaan dan cara-cara mereka bergaul.
3. Pengertian Masyarakat
Masyarakat
adalah suatu kehidupan sosial manusia yang menempati wilayah tertentu, yang
keteraturannya dalam kehidupan sosialnya telah dimungkinkan karena memiliki
pranata sosial yang telah menjadi tradisi dan mengatur kehidupannya. Hal yang
terpenting dalam masyarakat adalah pranata sosial, tanpa pranata sosial
kehidupan bersama didalam masyarakat tidak mungkin dilakukan secara teratur.
Pranata sosial adalah perangkat peraturan yang mengatur peranan serta hubungan
antar anggota masyarakat, baik secara perseorangan maupun secara kelompok.
Menurut
Syaikh Taqyuddin An-Nabhani, sekelompok manusia dapat dikatakan sebagai sebuah
masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta sistem/aturan yang sama.
Dengan kesamaan-kesamaan tersebut, manusia kemudian berinteraksi sesama mereka
berdasarkan kemaslahatan.
4. Keterkaitan Penduduk, Masyarakat dan Kebudayaan
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Penduduk, masyarakat dan kebudayaan mempunyai hubungan yang erat antara satu sama lainnya. Dimana penduduk adalah sekumpulan manusia yang menempati wilayah geografi dan ruang tertentu. Sedangkan masyarakat merupakan sekumpulan penduduk yang saling berinteraksi dalam suatu wilayah tertentu dan terikat oleh peraturan – peraturan yang berlaku di dalam wilayah tersebut. Masyarakat tersebutlah yang menciptakan dan melestarikan kebudayaan; baik yang mereka dapat dari nenek moyang mereka ataupun kebudayaan baru yang tumbuh seiring dengan berjalannya waktu. Oleh karena itu penduduk, masyarakat dan kebudayaan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan. Kebudayaan sendiri berarti hasil karya manusia untuk melangsungkan ataupun melengkapi kebutuhan hidupnya yang kemudian menjadi sesuatu yang melekat dan menjadi ciri khas dari pada manusia ( masyarakat ) tersebut.
Masyarakat
dan kebudayaan terus berkembang dari masa ke masa. Pada zaman dahulu, manusia
hidup berpindah dari suatu tempat ke tempat lainnya, masyarakat yang hidup
dalam keadaan yang seperti ini di sebut dengan masyarakat nomaden. Mereka
berpindah ke tempat lain jika bahan makanan yang ada di derah mereka telah
habis. Namun, seiring dengan waktu mereka mulai belajar untuk melestarikan
daerah di mana mereka tinggal. Mereka mulai bercocok tanam dan berternak untuk
melangsungkan kehidupan mereka. Hingga saat ini kegiatan bercocok tanam (
bertani ) menjadi ciri khusus masyarakat Indonesia dan dengan demi kian
Indonesia di sebut dengan negara agraris, karena sebagian besar masyarakatnya
berprofesi sebagai petani hingga mereka dapat memenuhi kebutuhan pangannya
sendiri.
Masyarakat
zaman dahulupun meninggalkan hasil kebudayaan yang beraneka ragam, mulai dari
peralatan, bahasa, lagu, bangunan – bangunan, hingga berbagai macam upacara
adat. Hasil kebudayan pada zaman prasejarah merupakan benda – benda tua yang
terbuat dari batu – batu alam dan tulang – tulang binatang. Alat – alat
tersebut mereka ciptakan untuk berburu binatang.
Pada
zaman purba, masyarakat mulai tumbuh dan berkembang beserta dengan tumbuhnya
peraturan – peraturan yang berlaku dan mengikat keberadaan masyarakat tersebut.
Mereka hidup di bawah pimpinan raja yang berkuasa. Mereka juga mulai mengenal
tulisan. Pada zaman ini masyarakat mulai mengenal suatu kepercayaan yang lebih
jelas jika dibandingkan dengan masyarakat yang hidup pada zaman sebelumnya.
Mereka yang dulu hidup dengan menyembah batu dan pepohonan besar kini mulai
menyembah apa yang mereka sebut sebagai Tuhan. Kepercayaan yang berkembang pada
zaman ini adalah agama Hindu dan Budha. Kedua agama ini membawa pengaruh yang
sangat besar bagi masyarakat dan kebudayaan Indonesia. Bukan hanya dari segi
kebudayaan tetapi juga dalam bentuk susunan masyarakat hingga kepada adat
istiadat, karya seni dan sastra serta bentuk bangunan. Banyak sekali karya seni
berupa lukisan, patung – patung dan candi – candi yang bercorak hindu maupun
budha yang di bangun pada zaman ini.
Zaman
madya ditandai dengan masuknya agama Islam. Agama Islam menyebar dengan
cepatnya menyebar di Indonesia. Agama Islam juga memberikan pengaruh yang cukup
besar bagi perkembangan kebudayaan di Indonesia. Islam memberikan sentuhan baru
bagi perkembangan bangunan – bangunan dan karya seni maupun sastra di
Indonesia.
Zaman
baru di mulai sejak masuknya pengaruh barat ke Indonesia. Hingga saat ini zaman
baru masih berlangsung. Proses berkembangnya kebudayaanpun masih terus
berlangsung. Zaman baru membawa pengaruh dan perubahan yang besar. Mulai dari
gaya hidup, cara berpakaian, bentuk bangunan dan lain – lain. Kebudayaan yang
berasal dari luarpun tak hanya masuk, namun sebagian dari mereka bercampur
dengan kebudayaan asli Indonesia sehingga terciptalah suatu kebudayaan yang
baru.
Kebudayaan
sendiri sebenarnya bergantung kepada bagaimana masyarakat itu tinggal dan
berkomunikasi dengan sesamanya. Dengan demikian setiap Negara memiliki
kebudayaan yang berbeda. Kebudayaan tidak akan pernah berhenti untuk berkembang
selama masyarakat terus berkembang dan belajar demi kelangsungan hidupnya.
Daftar Pustaka
Baidhawy,
Zakiyuddin. 2005. Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Lubis,
Ridwan. 2005. Meretas Wawasan dan Praksis Kerukunan Umat Beragama di Indonesia.
Jakarta: Departemen Agama RI.
Soekanto,
Soerjono. 1994. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Soekanto,
Soerjono. 1993. Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.