Jumat, 26 September 2014

Manusia Sebagai Makhluk Sosial dan Budaya

I.                  Pendahuluan
Manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak mungkin bisa memisahkan hidupnya dengan manusia lain. Sudah bukan rahasia lagi bahwa segala bentuk kebudayaan, tatanan hidup, dan sistem kemasyarakatan terbentuk karena adanya interaksi dan benturan kepentingan antara satu manusia dengan manusia lainnya. Sejak zaman prasejarah hingga sejarah, manusia telah disibukkan dengan keterciptaan berbagai aturan dan norma dalam kehidupan berkelompok mereka. Dalam berbagai keterciptaan itulah ilmu pengetahuan terbukti memainkan peranan signifikan. Kemudian ilmu pengetahuan itu berkembang menjadi kebudayaan yang berkembang didalam masyarakat dan diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi lainnya.

II.               Makhluk Sosial dan Berbudaya

Manusia adalah makhluk yang tidak mungkin dapat melangsungkan hidupnya tanpa berinteraksi dengan manusia lainnya karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang hidup bermasyarakat (zoon politicon). Keutuhan manusia akan tercapai apabila manusia sanggup menyelaraskan perannya sebagai makhluk ekonomi dan sosial. Sebagai makhluk sosial (homo socialis), manusia tidak hanya mengandalkan kekuatannya sendiri, tetapi membutuhkan manusia lain dalam beberapa hal tertentu. Misalnya, dalam lingkungan manusia terkecil yaitu keluarga. Dalam keluarga, seorang bayi membutuhkan kasih sayang kedua orang tuanya agar dapat tumbuh dan berkembang secara baik dan sehat.
Hal diatas sesuai seperti yang dikemukakan Melville J. Herskovits (1959) bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri karena manusia diciptakan sebagai makhluk sosial. Dalam kehidupan makhluk sosial ini terjalin interaksi antara manusia yang satu dengan manusia lainnya. Interaksi tersebut menghasilkan prilaku yang unik yang menjadikannya sebuah kebudayaan dalam masyarakat tersebut.

“Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari”
(C. Kluckhohn,1952)

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Secara alamiah manusia berinteraksi dengan lingkungannya, manusia sebagai pelaku dan sekaligus dipengaruhi oleh lingkungan tersebut. Perlakuan manusia terhadap lingkungannya sangat menentukan keramahan lingkungan terhadap kehidupannya sendiri. Manusia dapat memanfaatkan lingkungan tetapi perlu memelihara lingkungan agar tingkat kemanfaatannya bisa dipertahankan bahkan ditingkatkan. Bagaimana manusia mensikapi dan mengelola lingkungannya pada akhirnya akan menciptakan ilmpu pengetahuan yang mewujudkan pola-pola peradaban dan kebudayaan.
Budaya atau Kebudayaan adalah perbedaan mendasar antara manusia dengan makhluk yang lain (hewan) ialah bahwa manusia adalah makhluk berbudaya, hal ini disebabkan karena manusia diberi anugrah yang sangat berharga oleh Tuhan, yaitu budi atau pikiran, dengan kemampuan budi atau akal itulah manusia dapat menciptakan kebudayaan yang menyebabkan kehidupannya sangat jauh berbeda dengan kehidupan hewan.
Budaya dapat mempengaruhi perilaku sosial seseorang. Manusia tidak bisa hidup secara sempurna tanpa adanya kontak interaksi sosial dengan orang lain. Dengan berinteraksi manusia akan menyesuaikan dirinya dengan budaya disekitar lingkungan hidupnya. Budaya yang diturunkan dari keluarga adalah budaya pertama yang dipelajari seseorang dalam hidupnya yang juga akan mempengaruhi perilaku seseorang nantinya. Ketika seseorang sudah mulai tumbuh dan berkembang maka dia akan berinteraksi  dengan lingkungan yang baru seperti contohnya sekolah dan juga dengan orang lain baik itu teman, guru atau manusia lainnya. Disinilah seseorang akan memilah milah mana hal atau budaya yang menurut dia baik dan buruk dan mulai dari sinilah budaya akan berperan dalam membentuk kepribadian seseorang.

III.           Unsur Kebudayaan

Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:
1.       alat-alat teknologi
2.       sistem ekonomi
3.       keluarga
4.       kekuasaan politik
Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:
1.       sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya
2.       organisasi ekonomi
3.       alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
4.       organisasi kekuatan (politik)
C. Kluckhohn mengemukakan ada 7 unsur kebudayaan secara universal (universal categories of culture) yaitu:
1.       bahasa
2.       sistem pengetahuan
3.       sistem tekhnologi dan peralatan
4.       sistem kesenian
5.       sistem mata pencarian hidup
6.       sistem religi
7.       sistem kekerabatan dan organisasi kemasyarakatan

Menurut saya perubahan budaya yang saya alami sekarang adalah akibat dari globalisasi terutama media massa atau media sosial. Dalam zaman modern seperti sekarang ini penggunaan internet lah yang mendominasi berbagai hal, hampir semua orang menggunakan internet dengan banyak tujuan yang berbeda beda. Melalui internet lah kita dapat berjualan, berinteraksi dengan orang lain, memperoleh ilmu pengetahuan, melihat berita dan banyak lagi lainnya.
Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan dapat diakses oleh siapa saja. Apa lagi bagi anak muda atau remaja internet sudah menjadi santapan mereka sehari- hari. Jika digunakan secara semestinya tentu kita memperoleh manfaat yang berguna. Tetapi jika tidak, kita akan mendapat kerugian. Dan sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan tidak semestinya. Misal untuk membuka situs-situs porno. Bukan hanya internet saja, ada lagi pegangan wajib mereka yaitu handphone. Rasa sosial terhadap masyarakat menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih sibuk dengan menggunakan handphone.
Melalui dunia maya ini lah menurut saya westernisasi terjadi. Westernisasi adalah sebuah arus besar yang mempengaruhi kehidupan suatu bangsa maupun negara yang bertujuan untuk mewarnai kehidupan sehari-hari bangsa-bangsa dengan gaya Barat (Achmad,2004). Westernisasi di Indonesia menurut saya merupakan suatu masalah yang perlu dicermati bersama karena menyebabkan perubahan budaya terhadap masyarakat Indonesia khususnya para pemudanya. Dan apabila warisan budaya yang menjadi kepribadian bangsa atau ciri khas bangsa kita Indonesia  tidak dilestarikan oleh pemudanya lagi maka sesungguhnya akan memberikan suatu perubahan yang signifikan dalam  kehidupan bangsa Indonesia kedepannya, sehingga apa yang menjadi keunikan dan ciri khas bangsa Indonesia akan tertelan secara perlahan-lahan oleh budaya asing terutama budaya barat dan tidak menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang memiliki kepribadian bangsa yang berbeda.
Sekarang ini begitu banyak generasi bangsa Indonesia yang bersikap “kebarat-baratan”, kini jati diri bangsa hanya tampak pada sebagian kecil kelompok masyarakat. Contohnya para pemuda lebih memilih barang-barang yang bermerek atau produk luar atau barat dan lainnya ketimbang membeli produk lokal. Kita bisa melihat pemuda lebih banyak menggunakan barang bermerek Nike, Adidas, GAP, Tira Jeans, Volcom, Lee Cooper dan lainnya sedangkan jarang sekali pemuda yang menggunakan baju berproduk lokal seperti baju batik. Tentu saja kita yang seharusnya mencintai produk lokal dan memajukannya malah akan semakin membuat produk lokal kita semakin terpuruk. Selain itu westernisasi juga menyebabkan gaya hidup yang buruk seperti materialisme, konsumtif dan glamoristik.
Oleh karena itu seharusnya para generasi  penerus bangsa Indonesia lebih mengantisipasi budaya asing yang yang masuk ke Indonesia karena budaya tersebut tidak sesuai dengan kebudayaan kita dan akan berdampak sangat buruk terhadap eksistensi budaya Indonesia. Karena budaya asing, banyak penyimpangan dilakukan oleh segelintir masyarakat Indonesia khususnya kaum pemuda yang mengadopsi cara hidup mereka dari berbagai budaya asing yang masuk ke Indonesia, seperti pergaulan bebas atau sex bebas, life style yang buruk dan berlebihan dan lainnya.

Daftar Pustaka
DR. Mubarak, Achmad, MA. 2004. Nasionalis Religius Jati Diri Bangsa Indonesia. Jatiwaringin: PT.Bina Rena Pariwara.
Kroeber, A. L. and C. Kluckhohn, 1952. Culture: A Critical Review of Concepts and Definitions. Cambridge, MA: Peabody Museum.
Malinowski, B.,1944. A Scientific Theory of Culture and Others Essays. Chapel Hill, N. Carolina: The University of North Carolina Press.

Melville J. Herskovits,1959. Continuity and Change in African Culture.Chicago: University of Chicago Press.