Kamis, 06 November 2014

INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT






1.   Pengertian Individu, Keluarga dan Masyarakat

a)      Pengertian Individu

Individu berasal dari kata latin, “individuum” yang artinya tak terbagi. Kata individu merupakan sebutan yang dapat untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Kata individu bukan berarti manusia sebagai keseluruhan yang tak dapat dibagi melainkan sebagai kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan, demikian pendapat Dr. A. Lysen.

Individu menurut konsep Sosiologis berarti manusia yang hidup berdiri sendiri. Individu sebagai mahkluk ciptaan Tuhan di dalam dirinya selalu dilengkapi oleh kelengkapan hidup yang meliputi raga, rasa, rasio, dan rukun.

1.      Raga, merupakan bentuk jasad manusia yang khas yang dapat membedakan antara individu yang satu dengan yang lain, sekalipun dengan hakikat yang sama
2.      Rasa, merupakan perasaan manusia yang dapat menangkap objek gerakan dari benda-benda isi alam semesta atau perasaan yang menyangkut dengan keindahan
3.      Rasio atau akal pikiran, merupakan kelengkapan manusia untuk mengembangkan diri, mengatasi segala sesuatu yang diperlukan dalam diri tiap manusia dan merupakan alat untuk mencerna apa yang diterima oleh panca indera.
4.      Rukun atau pergaulan hidup, merupakan bentuk sosialisasi dengan manusia dan hidup berdampingan satu sama lain secara harmonis, damai dan saling melengkapi. Rukun inilah yang dapat membantu manusia untuk membentuk suatu kelompok social yang sering disebut masyarakat

b)      Pengertian Keluarga

Ada beberapa pandangan atau anggapan mengenai keluarga. Menurut Sigmund Freud keluarga itu terbentuk karena adanya perkawinan pria dan wanita. Lain halnya Adler berpendapat bahwa mahligai keluarga itu dibangun berdasarkan pda hasrat atau nafsu berkuasa.

Durkheim berpendapat bahwa keluarga adalah lembaga sosial sebagai hasil faktor-faktor politik , ekonomi dan keluarga.

Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh pendidikan berpendapat bahwa keluarga adalah kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh satu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki, esensial, enak dan berkehendak bersama-sama memperteguh gabungan itub untuk memuliakan masing-masing anggotanya.

c)      Pengertian Masyarakat

Masyarakat merupakan salah satu satuan sosial sistem sosial, atau kesatuan hidup manusia. Istilah inggrisnya adalah society , sedangkan masyarakat itu sendiri berasal dari bahasa Arab Syakara yang berarti ikut serta atau partisipasi, kata Arab masyarakat berarti saling bergaul yang istilah ilmiahnya berinteraksi.

Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, adat istiadat yang sama-sama ditaati dalam lingkungannya. Ada beberapa pengertian masyarakat :

·         Menurut Selo Sumarjan (1974) masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan.
·         Menurut Koentjaraningrat (1994) masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas yang sama.
·         Menurut Ralph Linton (1968) masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang hidup dan bekerja sama dalam waktu yang relatif lama dan mampu membuat keteraturan dalam kehidupan bersama dan mereka menganggap sebagai satu kesatuan sosial.
·         Menurut Karl Marx, masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.
·         Menurut Emile Durkheim, masyarakat merupakan suau kenyataan objektif pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.
·         Menurut Paul B. Horton & C. Hunt, masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut.

Tatanan kehidupan, norma-norma yang mereka miliki itulah yang dapat menjadi dasar kehidupan sosial dalam lingkungan mereka, sehingga dapat membentuk suatu kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri kehidupan yang khas.

2.   Fungsi Keluarga

Menurut BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) bahwa fungsi keluarga dibagi menjadi 8. Fungsi keluarga yang dikemukakan oleh BKKBN ini senada dengan fungsi keluarga menurut Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1994, yaitu :

1)      Fungsi Keagamaan, yaitu dengan memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan bahwa ada kekuatan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini.

2)      Fungsi Sosial Budaya, Dilakukan dengan membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak, meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.

3)      Fungsi Cinta Kasih, Diberikan dalam bentuk memberikan kasih sayang dan rasa aman, serta memberikan perhatian diantara anggota keluarga.

4)      Fungsi Melindungi, Bertujuan untuk melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik, sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.

5)      Fungsi Reproduksi, Merupakan fungsi yang bertujuan untuk meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan anak, memelihara dan merawat anggota keluarga

6)      Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan, Merupakan fungsi dalam keluarga yang dilakukan dengan cara mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya, menyekolahkan anak. Sosialisasi dalam keluarga juga dilakukan untuk mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik

7)      Fungsi ekonomi, Adalah serangkaian dari fungsi lain yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah keluarga. Fungsi ini dilakukan dengan cara mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, dan menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa datang.

8)      Fungsi Pembinaan Lingkungan, Fungsi ini dilakukan dengan cara menjaga kelestarian lingkungan hidup, menciptakan lingkungan hidup yang bersih, sehat, aman penuh keindahan.

3.   Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Individu

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan individu dapat yang berasal dari dalam dirinya (internal),  ada pula yang berasal dari luar dirinya (eksternal). Faktor internal adalah segala sifat atau kecakapan yang dikuasai individu dalam perkembangannya yang berasal dari keturunan (hereditas), sedangkan faktor eksternal adalah segala difat atau kecakapan yang dikuasai individu dalam perkembangannya yang diperoleh dari lingkungan. Di antara kedua faktor tersebut, ada pula sifat atau kecakapan yang dikuasai individu dalam perkembangannya yang berasal dari interaksi antara faktor hereditas dengan faktor lingkungan.

1)      Faktor Hereditas

Faktor hereditas dapat dikatakan sebagai faktor internal dan disebut juga sebagai faktor keturunan atau pembawaan, yaitu segala ciri, sifat atau kemampuan yang dimiliki individu sejak kelahirannya dan diterima sebagai turunan atau warisan dari orang tuanya. Hereditas atau pembawaan ini dapat debedakan menjasi dua kategori, yaitu:

a)      Pembawaan fisik
Pembawaan fisik seperti bentuk hidung, warna kulit, bentuk rambut, mata, telinga, dan sebagainya merupakan pembawaan yang bersifat menetap (permanent state). Sifat atau ciri pembawaan fisik ini secara alami tidak dapat dapat dirubah atau bersifat menetap. Kalaupun ada perubahan fisik yang dapat dibentuk melalui olah raga sehingga badan menjadi kekar, tegap dan sebagainya, maka hal demikian ini tidak dapat dianggap sebagai perubahan fisik dalam arti yang sebenarnya karena perubahan yang terjadi tidak menghilangkan sifat-sifat aslinya. Adapun perubahan karena operasi, kecelakaan, dan sebagainya tidak termasuk tidak termasuk dalam pembahasan ini karena sifatnya yang tidak alamiah.

b)      Pembawaan Psikis
Pembawaan psikis (kejiwaan) merupakan pembawaan individu yang bisa berubah (temporary state). Termasuk dalam pembawaan psikis ini antara lain intelegensi (kecerdasan), bakat, sifat periang, pemberani, penakut, dan sebagainya. Sifat-sifat tersebut merupakan faktor pembawaan yang kemungkinan besar dapat berubah melalui interaksi dengan lingkungannya.

Kemampuan psikis yang sering dipandang sebagai faktor pembawaan yang bersifat menetap adalah intelegensi dan bakat. Intelegensi merupakan kemampuan atau kecerdasan yang bersifat umum sedangkan bakat merupakan kemampuan yang bersifat khusus. Kemampuan bersifat khusus yang dipandang sebgai bakat misalnya bakat dalam bidang olah raga, seni, bahasa, ekonomi, teknik, dan sebagainya (Sukmadinata, 2009: 46). Pada dasarnya semua pembawaan psikis itu dapat berubah. Sebagaimana setiap individu terlahir dengan potensi baik dan buruk, maka setiap individu juga dilahirkan dengan sejumlah potensi yang  melalui interaksi dengan lingkungan, hanya saja signifikansi perubahan itu sangat tergantung pada besar atau kecilnya potensi atau pembawaan yang dimiliki oleh individu.

2)      Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu. Pertumbuhan dan perkembangan individu bukanlah semata-mata terjadi sebagai proses internal pada dirinya. Pertumbuhan dan perkembangan tersebut justru sebagian besar terjadi karena interaksi dengan lingkungan. Lingkungan yang dimaksudkan di sini adalah segala faktor yang terlibat serta berpengaruh dalam pertumbuhan dan perkembangan individu. Lingkungan sebagaimana dimaksud mungkin saja ada di sekitar individu, mungkin juga barada jauh dari ndividu, berada pada saat ini, pada masa yang telah lama berlalu, lingkungan yang efektif maupun lingkungan yang tidak efektif. Lingkungan tersebut dapat berupa lingkungan alam atau geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, keamanan, keamanan dansebagainya. Berikut ini dikemukakan gambaran singkat tentang bagaimana faktor-faktor lingkungan tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

a)      Faktor Alam atau Geografis
Ligkungan alam atau geografis di mana individu tinggal akan berpengaruh terhadap terhadap perkembangan dan perilaku individu. Seseorang yang lahir dan dibesarkan di daerah pegunungan akan memiliki sifat-sifat dan kecakapan untuk mengatasi tantangan di daerah tersebut. Kondisi alam daerah pertanian yang relatif sunyi, jauh dari kebisingan akan membentuk individu-individu memiliki kebiasaan berbicara pelan dan memiliki berbagai keterampilan yangberkaitan dengan bidang pertanian. Berbeda dengan individu-individu yang terlahir dan besar di daerah pegunungan, mereka yang terlahir dan dibesarkan didaerah pantai yang selalu bising dengan suara ombak, biasanya mereka memiliki kebiasaan bicara keras dan memiliki keterampilan yang banyak berkaitan dengan bidang kelautan. Demikian pula mereka yang tumbuh dan berkembang di daerah berslju, daerah gurun, daerah tandus dan sebagainya, maka mereka akan tumbuh dan berkembang, memiliki kebiasaan, ketahanan tubuh, serta keterampilan hidup yang diperlukan atau sesuai dengan tantangan alam dan kondisi geografis di lingkungan mereka masing-masing.

b)      Faktor Sosial
Sesuai dengan kodratnya, manusia adalah makhluk sosial di mana ia tidak akan dapat hidup sendirian tanpa membutuhkan atau berhubungan dengan orang lain. Faktor-faktor yang menyangkut hubungan seorang manusia dengan manusia lainnya inilah yang disebut dengan lingkungan sosial. Hubungan yang terjadi dapat berbentuk hubungan antara individu dengan individu, hubungan antara individu dengan kelompok, atau hubungan atntara kelompok dengan kelompok. Hubungan juga dapat berlangsung dalam berbagai situasi, seperti situasi kekeluargaan, situasi kedinasan, situasi belajar, dan sebagainya. Situasi sosial di mana individu berada tentu akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya. Individu yang tumbuh dan berkembang di lingkungan sosial yang diwarnai gotong royong dan kebersamaan akan memiliki karakteristik yang berbeda dari individu yang tumbuh di lingkungan yang diwarnai dengan kompetisi atau persaingan.

Termasuk dalam lingkungan sosial ini adalah lingkungan keluarga yang merupakan unsur pertama dan utama serta paling berpengaruh terhadap perkembangan individu. Dalam lingkungan keluarga inilah, individu pertama-tama mendapatkan pendidikan, bimbingan, asuhan, pembiasaan dan latihan. Keluarga bukan hanya menjadi tempat di mana individu dilahirkan, dipelihara, dan dibesarkan, melainkan juga menjadi tempat individu hidup dan dididik untuk pertama kalinya. Apa yang diperoleh individu dalam kehidupan keluarga akan menjadi dasar bagi perkembangan individu pada kehidupan-kehidupan selanjutnya. Keluarga merupakan masyarakat kecil sebagai prototipe masyarakat luas. Semua aspek sosial kemasyarakatan ada dalam lingkungan keluarga, seperti politik, ekonomi, keamanan, kesehatan, agama, budaya, dan aspek pendidikan.

c)      Faktor Budaya
Lingkungan budaya merupakan lingkungan yang berkenaan dengan segala hasil kreasi manusia, baik hasil kreasi yang konkrit maupun yang abstrak, berupa benda, ilmu pengetahuan, teknologi, aturan-aturan, lembaga-lembaga, adat kebiasaan, dan lain-lain. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan membudaya. Mereka bukan saja meenerima, turut melestarikan, menikmati, dan memanfaatkan hasil-hasil kebudayaan, tetapi juga menciptakan kebudayaan. Dalam proses berbudaya dan membudaya inilah individu berkembang dan berperilaku. Dibandingkan dengan makhluk lain, manusia terlahir dengan beberapa kelebihan di antaranya adalah kemampuan berpikir, berinteraksi, berkreasi, dan bermoral. Kelebihan-kelebihan yang dimiliki manusia itulah yang melatarbelakanginya untuk selalu berkembang jauh lebih tinggi melampaui makhluk-makhluk yang lain.

Tingginya tingkat peradaban manusia ditandai oleh kemajuan kebudayaan yang dapat mereka capai. Perkembangan kebudayaan dapat menjadi tolok ukur dari kemajuan peradabannya. Keberadaan manusia tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan, manusia yang menciptakan, melestarikan, dan membesarkan kebudayaan di manapun mereka berada. Manusia dibesarkan dalam kebudayaan sekaligus membesarkan kebudayaan di mana mereka berada. Kegiatan individu bukan saja memanifestasikan ciri-ciri dan sifat-sifat pribadi dari individu tersebut melainkan juga memanifestasikan kebudayaan lingkungannya.

d)      Faktor Politik dan keamanan
Lingkungan politik dan keamanan merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan individu. Keduanya mempunyai pengaruh yang tidak kalah besarnya dibandingkan dengan lingkungan yang lain terhadap perkembangan individu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Jerman, anak-anak dan remaja serta yang masih dalam kandungan ketika terjadi perang dunia sebagian besar menderita stress dan kegugupan. Sebagian besar atau mungkin juga seluruh anak-anak dan pemuda Palestina memiliki rasa benci terhadap Israel. Kedua contoh tersebut menunjukkan pengaruh lngkungan keamanan maupun politik terhadap perkembangan dan pribadi individu (Sukmadinata, 2009:51).

e)       Faktor Agama
Bagi orang-orang yang taat beragama, lingkungan keagamaan memiliki pengaruh yang paling kuat dibandingkan dengan lingkungan yang lain. Hal demikian karena kepatuhan terhadap ketentuan agama bukan hanya dilatarbelakangi oleh kebiasaan, peniruan, penyamaan diri, rasa senang, dan rasa bangga sebagaimana yang terjadi pada lingkungan sosial maupun budaya, melainkan karena adanya keharusan dan rasa tanggung jawab terhadap kewajiban-kewajiban agama. Oleh karena itu pemahaman terhadap perilaku dan perkembangan individu perlu dilengkapi dengan pemahaman terhadap kehidupan dan lingkungan keagamaan dari individu yang bersangkutan. Cara-cara beribadat dengan berbagai macam ritual keagamaan serta berbagai bentuk manifestasi keyakinan dan kepercayaan akan memberi warna terhadap kepribadian dan perilaku individu penganutnya.

Faktor-faktor lingkungan atau faktor-faktor eksternal yang dpat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu tentu sangat luas sekali. Apa yang telah digambarkan sebagaimana tersebut di atas tentu belumlah mencakup kesemuanya. Sekalipun demikian, hal tersebut cukuplah untuk memberi gambaran bahwa pertumbuhan dan perkembangan individu selain dipengaruhi oleh faktor-faktor internal juga sangat ditentukan oleh faktor-faktor eksternal (lingkungan). Keduanya, baik faktor internal (hereditas) maupun faktor eksternal (lingkungan) sama-sama memiliki peran dan pengaruh dalam menentukan pertumbuhan dan perkembangan individu.

4.   Hubungan Individu,Keluarga dan Masyarakat

A.     Makna Individu
Kita sebagai manusia disebut juga dengan makhluk individu karena kita sebagai manusia tidak bisa dibagi-bagi anatara jiwa dan raga kita, jadi seluruh jiwa dan raga kita menyatu menjadi satu-kesatuan. Dan menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), makna individu ialah pribadi yang hidup berdiri sendiri.

B.     Makna keluarga
Keluarga adalah suatu kelompok yang penting dalam setiap individu didalam kehidupan bermasyarakat. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), keluarga ialah seisi rumah yang terdiri dari ibu, bapak beserta anak-anaknya.

C.     Makna masyarakat
Makna masyarakat dalam kamus besar bahasa Indonesia ialah sejumlah manusia terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama.

Jadi, hubungannya antara individu, keluarga dan masyarakat ialah seorang/sejumlah manusia yang jiwa dan raga tidak dapat dibagi-bagi dan terikat oleh suatu kebudayaan adat istiadat yang sama dalam berkehidupan sosialisasi bermasyarakat. Manusia sebagai makhluk individu dalam arti tidak dapat di pisahkan antara jiwa dan raganya, dalam proses perkembangannya perlu keterpaduan antara perkembangan jasmani maupun rohaninya. Sebagai makhluk sosial seorang individu tidak dapat berdiri sendiri, saling membutuhkan antara yang satu dengan yang lainnya, dan saling mengadakan hubungan sosial di tengah–tengah masyarakat.

Keluarga dengan berbagai fungsi yang dijalankan adalah sebagai wahana dimana seorang individu mengalami proses sosialisasi yang pertama kali, sangat penting artinya dalam mengarahkan terbentuknya individu menjadi seorang yang berpribadi. Sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan masyarakat, keluarga mempunyai korelasi fungsional dengan masyarakat tertentu, oleh karena itu dalam proses pengembangan individu menjadi seorang yang berpribadi hendaknya diarahkan sesuai dengan struktur masyarakat yang ada, sehingga seorang individu  menjadi seorang yang dewasa dalam arti mampu mengendalikan diri dan melakukan hubungan – hubungan sosial di dalam masyarakat yang cukup majemuk.

Masyarakat adalah kelompok manusia yang saling berinteraksi yang memiliki prasarana untuk kegiatan tersebut dan adanya saling keterikatan untuk mencapai tujuan bersama. Masyarakat adalah tempat kita bisa melihat dengan jelas proyeksi individu sebagai bagian keluarga, keluarga sebagai tempat terprosesnya, dan masyarakat adalah tempat kita melihat hasil dari proyeksi tersebut.
Individu yang berada dalam masyarakat tertentu berarti ia berada pada suatu konteks budaya tertentu. Pada tahap inilah arti keunikan individu itu menjadi jelas dan bermakna, artinya akan dengan mudah dirumuskan gejala – gejalanya. Karena di sini akan terlibat individu sebagai perwujudan dirinya sendiri dan merupakan makhluk sosial sebagai perwujudan anggota kelompok  atau anggota masyarakat.

Aspek individu, keluarga, masyarakat adalah aspek-aspek sosial yang tidak bisa dipisahkan. Yakni, tidak akan pernah ada keluarga dan masyarakat apabila tidak ada individu. Sementara di pihak lain untuk mengembangkan eksistensinya sebagai manusia, maka individu membutuhkan keluarga dan masyarakat, yaitu media di mana individu dapat mengekspresikan aspek sosialnya serta menumbuhkembangkan perilakunya. Karena tak dapat dipungkiri bahwa perilaku sosial suatu individu tersebut bergantung dari keluarga dan masyarakat disekitarnya. Keluarga sebagai lingkungan pertama seorang individu memiliki peran paling besar dalam pembentukan sikap suatu individu, sedang masyarakat merupakan media sosialisasi seorang individu dalam menyampaikan ekspresinya secara lebih luas. Sehingga dapat menjadi suatu tolak ukur apakah sikapnya benar atau salah dalam suatu masyarakat tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarwan,2011. Perkembangan Peserta Didik, Bandung: ALFABETA.
Hurlock, Elizabeth B.,1991. Child Development. New York: Mc Graw Hill Book Company.
Reber, Arthur S., 1988. The Penguin Dictionary of Psychology. Ringwood Victoria: Penguin Books Australia Ltd.
Sukmadinata,2009. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Syah, Muhibbin,2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. 
Tirtarahardja, Umar dan. S.L. La Sulo,2008. “Pengantar Pendidikan”. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar