Involusi Pertanian
Ahli antropologi terkenal,
C. Geertz, yang pernah melakukan penelitian mengenai sejarah ekonomi pertanian di
Jawa, pernah mengembangkan konsep "involusi pertanian", atau agricultural
involutin, yang dipakainya untuk menggambarkan proses sejarah pertanian di
Jawa sampai dasawarsa 50-an yang lalu. Uraian mengenai konsep itu termaktub
dalam bukunya yang menjadi sangat terkenal, yaitu Agricultural Involution (1963).
Tampak
dalam buku itu bahwa Geertz membayangkan perkembangan pertanian sawah di Jawa
sebagai suatu keadaan di mana para petani yang menggarap bidang-bidang tanah
yang memang sudah kecil dan tak dapat dijadikan lebih besar lagi itu, toh masih
terkena tekanan pertambahan penduduk secara terus-menerus. Walaupun demikian,
kemiskinan di Jawa tidak bertambah secara cepat serta secara besar-besaran,
karena dengan makin bertambamnya intensitas penggarapan bidang-bidang sawah
yang kecil itu,maka banyak pula tenaga kerja dapat tertampung. Hal itu makin memperbesar
hasil pertanian, dan hasil pertanian yang makin bertambah itu menyebabkan
selalu tersedianya makan bagi penduduk yang makin banyak jumlahnya itu. Jadi
walaupun tingkat kemakmuran para petani di Jawa dan Bali tidak pernah akan
dapat meningkat, namun intensifikasi kerja tadi itulah yang menambah hasil
panen, dan bukan karena cara kerja yang lebih keras yang dilakukan para petani
itu, melainkan cara kerjasama, yang dilakukan oleh tenaga petani yang lebih banyak
jumlahnya. Tambahan itu memang tidak banyak, namun dapat dinikmati secara rata.
Dengan merasakan kemiskinan bersama (shared poverty) itulah penderitaan
dapat dikurangi.
Involusi pertanian suatu kemandekan atau
kemacetan pola pertanian ditunjukkan oleh tidak adanya kemajuan yang hakiki.
Menurut C. Geertz involusi
ialah perubahan yang hampir tidak terjadi perkembangan karena terbagi,
maksutnya kenaikan jumlah produksi bersamaan dengan melonjaknya jumlah
penduduk(produksi mengikuti deret ukur,jumlah penduduk mengikuti deret hitung).
• C. Geertz mengembangkan konsep “involusi pertanian”, atau agricultural
involution yang dipakainya untuk menggambarkan proses sejarah
pertanian di Jawa. Geert membayangkan bahwa dengan kondisi fragmentasi ekstrem
di Indonesia dengan tingkat kemakmuran yang sulit meningkat tidak
menjadi persoalan jika intensifikasi kerja tinggi karena Dengan merasakan
kemiskinan bersama (shared poverty) itulah penderitaan dapat
dikurangi. Itulah konsep involusi pertanian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar