Jumat, 02 Januari 2015

Involusi Pertanian

Involusi Pertanian
Ahli antropologi terkenal, C. Geertz, yang pernah melakukan penelitian mengenai sejarah ekonomi pertanian di Jawa, pernah mengembangkan konsep "involusi pertanian", atau agricultural involutin, yang dipakainya untuk menggambarkan proses sejarah pertanian di Jawa sampai dasawarsa 50-an yang lalu. Uraian mengenai konsep itu termaktub dalam bukunya yang menjadi sangat terkenal, yaitu Agricultural Involution (1963).
 Tampak dalam buku itu bahwa Geertz membayangkan perkembangan pertanian sawah di Jawa seba­gai suatu keadaan di mana para petani yang menggarap bidang-bidang tanah yang memang sudah kecil dan tak dapat dijadikan lebih besar lagi itu, toh masih terkena tekanan pertambahan penduduk secara terus-menerus. Walaupun demikian, kemiskinan di Jawa tidak bertambah secara cepat serta secara besar-besaran, karena dengan makin bertambamnya intensitas penggarapan bidang-bidang sawah yang kecil itu,maka banyak pula tenaga kerja dapat tertampung. Hal itu makin memperbesar hasil pertanian, dan hasil pertanian yang makin bertambah itu menyebabkan selalu tersedianya makan bagi penduduk yang makin banyak jumlahnya itu. Jadi walaupun tingkat kemakmuran para petani di Jawa dan Bali tidak pernah akan dapat meningkat, namun intensifikasi kerja tadi itulah yang menambah hasil panen, dan bukan karena cara kerja yang lebih keras yang dilakukan para petani itu, melainkan cara kerjasama, yang dilakukan oleh tenaga petani yang lebih banyak jumlahnya. Tambahan itu memang tidak banyak, namun dapat dinikmati secara rata. Dengan merasakan kemiskinan bersama (shared poverty) itulah penderitaan dapat dikurangi.

Involusi pertanian suatu kemandekan atau kemacetan pola pertanian ditunjukkan oleh tidak adanya kemajuan yang hakiki.
                Menurut C. Geertz involusi ialah perubahan yang hampir tidak terjadi perkembangan karena terbagi, maksutnya kenaikan jumlah produksi bersamaan dengan melonjaknya jumlah penduduk(produksi mengikuti deret ukur,jumlah penduduk mengikuti deret hitung).
       C. Geertz mengembangkan konsep “involusi pertanian”, atau agricultural involution yang dipakainya untuk menggambarkan proses sejarah pertanian di Jawa. Geert membayangkan bahwa dengan kondisi fragmentasi ekstrem di Indonesia dengan tingkat kemakmuran  yang sulit meningkat  tidak menjadi persoalan jika intensifikasi kerja tinggi karena Dengan merasakan kemiskinan bersama (shared poverty) itulah penderitaan dapat dikurangi. Itulah konsep involusi pertanian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar